Rabu, 03 Februari 2010

bab 4

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian.
Berdasarkan tujuan penelitian, maka desain yang akan digunakan adalah penelitian komparatif, yaitu one group pre and post test design yaitu setiap subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian di observasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2003)




Keterangan :
R : Responden
O1 : Observasi atau pengukuran sebelum dilakukan kompres hangat
1 : Inervensi
O2 : Observasi atau pengukuran sesudah dilakikan kompres hangat


4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalalah keseluruhan dari obyek penelitian atau obyek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2002).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi keperawatan yang mengalami dismenoroe
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2003). Dengan keterbatasan waktu biaya, dan tenaga maka tidak mungkin peneliti meneliti keseluruhan individu atau objek dalam populasi, untuk itu maka dilakukan pengambilan sampel. Sampel yang dipakai mahasiswi program studi ilmu keperawatan yang mengalami dismenoroe.
4.2.3 Besar sampel
Dalam penelitian ini yaitu yang diambil dari sebagian populasi berdasarkan tanda yang mempunyai pengaruh terbesar pada variabel yang diteliti (Nursalam, 2003). Besar sampel pada penelitian ini sebanyak 30 orang.
4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Pemilihan dengan sampel dengan cara ini merupakan jenis probabilitas yang paling sederhana. Untuk mencapai sampling ini setiap elemen diseleksi secara random (acak). Jika sampling frame kecil, nama bisa ditulis pada secarik kertas, diletakkan di kotak, diaduk dan diambil secara acak setelah semuanya terkumpul. Misalnya, kita ingin mengambil sample 36 orang dari 40 populasi yang tersedia, maka secara acak kita mengambil 36 sampel melalui lemparan dadu atau pengambilan nomor yang telah ditulis.


4.3 Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2002).
4.3.1 Variabel Independen
Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel independen. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati dan diukur untuk diketahui hubunganya atau pengaruhnya terhadap variabel lain (Nursalam, 2003).Dalam penelitian ini sebagai variabel independen adalah pemberian kompres hangat.
4.3.2 Variabel Dependen
Variabel Dependen (tergantung) adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam,2003).Dalam penelitian ini Y1 : nyeri menstruasi (dismenoroe) sebelum diberi kompres hangat, Y2 : nyeri menstruasi (dismenoroe) sesudah diberi kompres hangat.
4.3.3 Definisi operasional
Definisi operasional perbedaan nyeri pada saat menstruasi (dismenoroe) sebelum dan sesudah diberi kompres hangat pada mahasiswi keperawatan fakultas ilmu kesehatan universitas kadiri tahun 2009.
1. pemberian kompres hangat pada mahasiswi yang mengalami dismenoroe adalah pemberian air hangat yang dimasukam kedalam botol kaca dan diletakan pada perut bagian bawah selama 20-30 menit parameternya suhu air hangat 430 C- 460 C, botol yang terbuat dari kaca, dilakukan selama 20-30 menit, tempat pengompresan pada perut bagian bawah, suhu lingkungan 36-38 C, dengan menggunakan alat ukur checklist hasil yang diperoleh berupa data dengan kriteria 1 : ya 0 : tidak.
2. Nyeri menstruasi (dismenoroe) sebelum diberi kompres hangat adalah nyeri dan rasa tidak nyaman menjelang atau selama menstruasi parameternya 0 : tidak nyeri, 1-3 : nyeri ringan : secara obyektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik. 4-6 : nyeri sedang : secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikanya, dapat mengikuti perintah dengan baik. 7-9 : nyeri berat : 7-9 : secara obyektif pasien tidak dapat mengikuti perintah, tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat mendiskripsikanya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang dan distraksi. 10 : nyeri sangat berat : pasien tidak dapat berkomunikasi, memukul.dengan alat ukur kuesioner dan skala ordinal dengan kriteria 0 : tidak ada nyeri, 1: nyeri ringan, 2 : nyeri sedang, 3 : nyeri berat, 4 : nyeri sangat berat.
3. Nyeri menstruasi (dismenoroe) sesudah diberi kompres hangat adalah nyeri dan rasa tidak nyaman menjelang atau selama menstruasi parameternya 0 : tidak nyeri, 1-3 : nyeri ringan : secara obyektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik. 4-6 : nyeri sedang : secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikanya, dapat mengikuti perintah dengan baik. 7-9 : nyeri berat : 7-9 : secara obyektif pasien tidak dapat mengikuti perintah, tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat mendiskripsikanya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang dan distraksi. 10 : nyeri sangat berat : pasien tidak dapat berkomunikasi, memukul.dengan alat ukur kuesioner dan skala ordinal dengan kriteria 0 : tidak ada nyeri, 1: nyeri ringan, 2 : nyeri sedang, 3 : nyeri berat, 4 : nyeri sangat berat.
4.4 Bahan Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan bahan penelitian yaitu data responden, botol yang berisi air hangat, handuk.
4.5 Instrument Penelitian
4.5.1 Instrument perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberi konpres hangat
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah checklist drngan metode observasi.

NO Kriteria Sebelum Kriteria
Aspek Ya Tidak Ya tidak
1 0

Tidak nyeri Tidak nyeri
2 1-3
(nyeri ringan) Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik
3 4-6
(Nyeri sedang) - Secara obyektif pasien mendesis
- menyeringai dapat menunjukan lokasi nyeri
- Dapat mendiskripsikanya
- Dapat mengikuti perintah
4 7-9
(nyeri berat) -secara obyektif pasien tidak dapat mengikuti perintah
- dapat menunjukan lokasi nyeri dan dapat mendiskripsikanya
- masih respon terhadap tindakan
- tidak dapat diatasi dengan alih posisi,nafas panjang dan distraksi
5 10
(sangat nyeri) Pasien tidak dapat berkomunikasi
Sumber : skala nyeri bourbanis

4.5.2 Uji validitas dan reabilitas
Uji validitas dan reabilitas dilakukan sebelum alat ukur digunakan untuk penelitian. Pengujian validitas yang digunakan pada instrumen penelitian ini adalah Content validiy : yaitu konsep validitas yang mengacu pada kemampuan instrument untuk mengukur konsep (Sugiono, 2006)
4.6 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Kesehatan pada mahasiswi Program Studi Keperawatan pada bulan April 2009.
4.7 Prosedur Pengambilan dan pengolahan data
Sebelum dilakukan penelitian, peneliti mengumpulkan semua responden sesuai dengan kriteria inklusi untuk mendapatkan maksud dan tujuan penelitian. Setelah mendapat penjelasan, responden mengisi inform consent sebagai tanda bersedia diteliti. Pada waktu responden yang mengalami nyeri menstruasi , kuesioner diberikan secara individu sebelum dilakukan kompres hangat selain itu dilakukan oleh observasi oleh peneliti kemudian dilakukan kompres hangat pada perut bagian bawah selama 15 menit. Setelah diberikan kompres hangat dilakukan pengumpulan data menggunakan instrumen yang sama dengan pengumpulan data sebelum diberi kompres hangat.
4.7.1 Pengolahan data
Pengolahan data adalah suatu proses pendekatan subyek dan proses pengolahan karakter subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2003). Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan coding, editing, scoring dan tabulating.
4.7.1.1 Editing
Setelah quesioner diisi oleh responden dan ditarik kembali oleh peneliti lalu peneliti melakukan editing yaitu peneliti memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan untuk keperluan proses berikutnya (Hidayat, 2007)
4.7.1.2 Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode angka terhadap data untuk mengklasifikasi jawaban responden menurut macam-macamnya Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan data dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam penggunaan kode dibuat daftar kode dan artinya dalam satu buku (Code Book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel (Hidayat, 2007)


4.7.1.3 Skoring
yaitu memberi skor terhadap item-item yang perlu diberi skor. Nilai tertinggi dari semua item pertanyaan adalah 4 dan nilai terendah adalah 0.
4.7.1.4 Tabulating

Yaitu penyusunan data dalam bentuk tabel Untuk penilaian pertanyaan dinilai oleh peneliti sesuai dengan skor.Kemudian jawaban dari semua pertanyaaan dibandingkan dengan jumlah semua pertanyaan dan dikalikan dengan 100%.



Keterangan :
P : Prosentase
X : Skor Perolehan
Y : Skor Maksimal

4.8 Tehnik Analisa Data
4.8.1 Teknik Analisis Univariat
Pengukuran hasil variabel independent yaitu pemberian kompres hangat apabila jawaban ya nilai 1 (satu) dan jawaban tidak nilainya 0 (nol).jumlah jawaban yang benar dibandingkan dengan jumlah soal dikalikan 100% atau dengan rumus :
N = x 100 %


Keterangan:
N : Prosentase
Sp : Frekuensi jawaban benar
Sm : Jumlah soal seluruhnya
Hasil prosentase dari pengolahan data menurut Arikunto (2003) diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria:
a. prosentase 50-100 % : melakukan kompres hangat
b. prosentase 0-49 % : tidak melakukan kompres hangat
Kemudian penyajian data hasil penelitian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Kemudian diinterpretasikan atas data tersebut selanjutnya dilakukan analisa (pembahasan) terhadap subvariabel yang diteliti hasil pengolahan data dibuat dalam bentuk presentase kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan skala sebagai berikut :
100 % = seluruhnya
76-99 % = hampir seluruhnya
51-75 % = sebagian besar
50% = setengahnya
26-49 % = hampir setengahnya
1-25 % = sebagian kecil
0 % = tidak satupun
4.8.2 Teknik Analisis Bivariat (Hubungan Varibel Independen dan Dependen)
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Untuk mencari data perbedaan nyeri pada saat menstruasi (dismenoroe) sebelum dan sesudah diberi kompres hangat pada mahasiswi progran studi ilmu keperawatan fakultas ilmu kesehatan tahun 2009, kemudian dihitung dengan menggunakan uji mann whitney karena skala dalam penelitian ini menggunakan skala nominal dan skala ordinal, informasi ini bertujuan untuk menyampaikan ada tidaknya hubungan antara variabel yang diteliti. Uji ini menggunakan derajat kebebasan p < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna dua variabel, maka Ho ditolak.
Keputusan Analisa:
1). Bila nilai Z² hitung < Z² tabel ( ) (dk) maka Ho ditolak H1 diterima yang hasilnya : ada perbedaan nyeri pada saat menstruasi (dismenoroe) sebelum dan sasudah diberi kompres hangat pada mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kadiri.
Bila nilai Z2 hitung > Z2 tabel ( ) (dk) maka Ho diterima dan H1 ditolak yang hasilnya : tidak ada perbedaan nyeri pada saat menstruasi (dismenoroe) sebelum dan sesudah diberi kompres hangat pada mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kadiri.
2). Jika p < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang hasilnya :
Ada perbedaan nyeri pada saat menstruasi (dismenoroe) sebelum dan sesudah diberi kompres hangat pada mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kadiri. €
Jika p > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak yang hasilnya
Tidak ada perbedaan nyeri pada saat menstruasi (dismenoroe) sebelum dan sesudah diberi kompres pada mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kadiri.

BAB 5
ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1 Data Umum
5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan umur
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan umur Responden di fakultas kesehatan universitas kadiri kota Kediri, bulan mei 2009.
No Umur Frekuensi (f) Prosentase (%)
1
2 17-20 Tahun
21-25 Tahun 13
17 43,3
56,7
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer 2009

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar (56,7 % ) umur 21-25 Tahun.
5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Lingkungan
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan Lingkungan Responden di fakultas kesehatan universitas kadiri kota Kediri, bulan mei 2009.
No Lingkungan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1
2 Ramai
Tenang 14
16 46,7
53,3
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer 2009
Berdasarkan tabel 5.2 diinterpretasikan bahwa (53,3 ) lingkungan tenang
5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Mengatasi Nyeri
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi Mengatasi Nyeri Responden di fakultas kesehatan universitas kadiri kota Kediri, bulan mei 2009.
No Cara Mengatasi Nyeri Frekuensi (f) Prosentase (%)
1
2
3 Minum Analgesik
Beristirahat Tidur
Dibiarkan sambil menahan nyeri 15
5
10 50
16,7
33,3
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer 2009
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden (50 %) minun analgesik.
5.2 Data Khusus
Bagian ini akan menjabarkan data hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu perbedaan intansitas nyeri pada saat menstruasi (dismenoroe) sebelum dan sesudah diberi kompres hanggat.namun sebelumnya akan disajikan hasil tabulasi data dari masing-masing variabel
5.2.1 Nyeri menstruasi (dismenoroe) sebelum di beri kompres hangat
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan nyeri menstruasi (dismenoroe) sebelum diberi kompres hangat di fakultas kesehatan universitas kadiri Kota Kediri, bulan Mei 2009.
No Skala nyeri Frekuensi (f) Prosentase (%)
1
2
3
4
5 Tidak Nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Nyeri Berat
Nyeri Sangat Berat 0
7
18
5
0 0
23,3
60
16,67
0
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer 2009
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar (60 %) dismenoroe sedang
5.2.2 Nyeri Menstruasi (dismenoroe) sesudah diberi kompres hangat
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan nyeri (dismenoroe)sesudah diberi kompres hangat difakultas kesehatan universitas kediri Kota Kediri, bulan Mei 2009.
No Skala nyeri Frekuensi (f) Prosentase (%)
1
2
3
4
5 Tidak Nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Nyeri Berat
Nyeri Sangat Berat 9
21
0
0
0 30
70
0
0
0
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer 2009
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar (70 %) responden dismeneroe ringan.
5.2.3 Perbedaan Nyeri Pada Saat Menstruasi Sebelum Dan sesudah diberi kompres hangat pada mahasiswi program studi ilmu keperawatan tahun 2009.
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi berdasarkan nyeri (dismenoroe) sebelum sesudah diberi kompres hangat difakultas kesehatan universitas kediri Kota Kediri, bulan Mei 2009.
No Tingkat Nyeri Pemberian Kompres Hangat
Sebelum % Sesudah %
1 Tidak Nyeri 0 0 9 30
2 Nyeri Ringan 7 23,3 21 70
3 Nyeri Sedang 18 60 0 0
4 Nyeri Berat 5 16,7 0 0
5 Nyeri Sangat Berat 0 0 0 0
Jumlah 30 100 30 100
p=0,000 Z=-5,976 N=30
Sumber : Data Primer 2009

Berdasarkan table 5.6 dapat diinterpretasikan bahwa sebelum diberikan kompres hangat 18 responden (60 %) mengalami nyeri sedang, sedangkan setelah diberi kompres hangat 21 responden (70 %) nyeri ringan.
hasil tabulasi diatas didapatkan bahwa responden mengalami penurunan tingkat nyeri dari nyeri ringan dan sedang menjadi tidak nyeri dan dari nyeri berat dan sedang menjadi nyeri ringan Output terakhir ini menghasilkan skor Mann-Whitney skor zhitung: -5,976. Diketahui bahwa p = 0,000 atau probabilitasnya dibawah 0,05 (0,000 < 0,05). Maka hasilnya Ho ditolak dan H1 diterima atau memang ada perbedaan antara sebelum diberi dikompres hangat dan setelah dikompres hangat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Menstruasi
2.1.1 Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Sarwono, 1999).
Menstruasi adalah periode pengeluaran cairan darah dari uterus yang disebabkan oleh rontok atau lepasnya endometrium. Keluaran terdiri dari sel – sel pecahan endometrium dan stromal atau sel sel tua dan sekresi kelenjar, lamanya rata – rata sekitar 3 – 5 hari dan ada yang sampai 7 – 8 hari jumlah darah yang keluar rata – rata 33,2  16 cc (hamilton, 1995).
2.1.2 Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi adalah serangkaian periode dari perubahan yang terjadi berulang pada uterus dan organ – organ yang dihubungkan pada saat pubertas dan berakhir pada saat menopause, panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu sampai haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Siklus tersebut bervariasi dari 18 sampai 40 hari, rata-rata 28 hari (menstruasi “bulan”). Siklus menstruasi dibagi menjadi fase yang ditandai dengan perubahan pada endometrium, uterus.
1. Menstruasi
Periode pengeluaran cairan darah dari uterus yang disebabkan oleh rontoknya endometrium dan stromal, sel – sel darah tua serta sekresi kelenjar. Lamanya rata – rata sekitar 5 hari, pada awal menstruasi kadar estrogen, progestron dan LH menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH baru mulai meningkat pada ovarium, ovum baru mulai matur dalam vesikula atau ovisok yang disebut folikel graafian.
2. Fase Proliferatik
Lapisan dinding uterus tumbuh dan menebal delapan sampai sepuluh kali lipat, sampai seluruh dindingnya menebalsaat ovulasi pertumbuhan ini sebagai akibat dari peningkatan kadar estrogen yang dihasilkan oleh folikel grafian yang tumbuh pada ovarium. Fase ini berakhir sekitar 9 hari atau sampai hari ke-14 dari siklus 20 hari.
3. Fase sekresi atau fase luteal
Fase ini diawali oleh ovulasi sebagai respon terhadap tingginya kadar LH dari kelenjar pituitari. Dengan rupturnya ovum dari folikel grafian, terbentuk korpus luteum dan menghasilkan progestron dan estrogen yang banyak. Hormone ini menyebabkan kelenjar pada dinding uterus melebar dan menjadi berbelit – belit. Progestron dan estrogen menyebabkan sel-sel pada kelenjar ini mensekresi lendir kental yang mengandung glikogen. Ketiga lapisan uterus yang matur dipersiapkan untuk menerima dan memelihara ovum yang dibuahi. Implantasi tersebut pada umumnya terjadi 7 – 8 hari setelah ovulasi atau pada hari – 23 pada siklus 28 hari. Ovum yang dibuahi kini menjadi trofoblast, menghasilkan gonadotropin khorionik menusia, yang secara terus menerus menstruasi pembentukan progestron dan estrogen oleh korpus luteum. Hormone ini membantu mempertahankan ketebalan uterus.
4. Fase Premenstrual atau iskemia
Pada fase ini korpus luteum menurun, kadar progestron dan estrogen menurun, arteri pada endometrium berkontraksi dan dinding uterus menjadi menyusut dan mati karena iskemia. Proses ini membutuhkan waktu 3 – 5 hari. Dengan hancurnya bagian – bagian kecil dari dinding endometrium serta pemaparan terhadap pembuluh darah sehingga terjadilah menstruasi (hamilton, 1995).
2.1.3 Kelainan Menstruasi
Kelainan menstruasi yang dijumpai dapat berupa kalainan siklus atau kelainan dari jumlah darah menstruasi dukeluarkan dan lamanya perdarahan.
1. Amenoroe : tidak menstruasi selama 3 bulan atau lebih.
2. Psudoamenoroe (kryptomenoroe) : ada menstruasi tetapi darah tidak dapat keluar karena traktus genitalis tertutup.
3. Menstruasi Praecox : menstruasi timbul pada umur yang sangat muda.
4. Hypomenoroe : menstruasi teratur tetapi jumlah darah sedikit.
5. Oligomenoroe : menstruasi yang jarang, siklus panjang, terjadi kalau siklus lebih dari 35 hari.
6. Hypermenoroe (menerhagia) : menstruasi teratur tetapi jumlah darah banyak yang disertai dengan bekuan darah.
7. Polymenoroe : menstruasi teratur, tetapi kerap datangnya karena siklus pendek.
8. Menorhagia : perdarahan rahim diluar waktu menstruasi.
9. Dismenoroe : nyeri sewaktu menstruasi terasa diperut bagian bawah atau daerah bujur sangkar micha elis. Nyeri dapat terasa sebelum, selama dan sesudah menstruasi (Obstetri Fisiologi, 1999)

2.2 Konsep Nyeri
2.2.1 Pengertian Nyeri
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia nyeri adalah : rasa yang menyebabkan penderitaan. Nyeri menurut “The International Association For The Study Of Pain” adalah : suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau keadaan yang berhubungan dengan suatu kerusakan nyeri menurut keperawatan adalah apapun yang menyatakan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya (Brunner, Suddart, 2001).
2.2.2 Teori – teori Yang Berhubungan Dengan Nyeri
1. Teori Spesifisitas
Ide ini dikemukakan oleh Rane Descartes (1984) nyeri berjalan dari reseptor – reseptor nyeri spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu ke pusat nyeri di otak dan bahwa hubungan antara stimulus dan respons nyeri bersifat langsung dan invariabel. Pesan nyeri disampaikan oleh jenis serabut saraf yaitu serabut saraf A delta bermielin meneruskan nyeri mendadak dan tajam dan serabut saraf C tidak bermielin sehingga membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensori nyeri (Brunner, Suddart, 2001).
2. Teori Pola dan Penjumlahan
Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Gotdscheider (1999) menjelaskan penjumlahan input sensorik kulit di sel – sel tanduk daksal menimbulkan pola khusus impuls saraf yang memicu nyeri. Nyeri dihasilkan oleh stimulasi intens dari reseptor – reseptor nonspesifik dan penjumlahan impuls – impuls itulah yang dirasakan sebagai nyeri. Konsep penjumlahan sentral adalah bahwa dapat terbentuk sirkuit – sirkuit serar saraf dalam kelompok – kelompok interneuron spinal (suatu reverberoting circuit) setelah suatu cidera, sehingga nyeri dapat berlanjut tanpa stimulasi (Sylvia A Pric, 2005).
3. Teori Gate Kontrol
Menurut teori ini, Nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil. Keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat besar akan meningkatkan aktifitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktifitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang ke korteks seresbri. Hasil persepsi ini akan di kembalikan kedalam medulla spinalis melalui serat aferen dan reaksinya mempengaruhi aktifitas sel T. rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktifitas substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, Sehingga merangsang aktifitas sel T yng selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri (Musrifatul, Uliyah, 2006)


4. Tori transmisi dan Inhibisi
Stimulus pada Nociceptor memulai transmisi impuls - impuls saraf, sehinggs transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmiter yang spesifik. Inhibisi impuls nyerei menjadi efektif dan impuls – impuls pada serabut lamban dan endogen opiate sistem supresif (Barbara C Long, 1996).
2.2.3 Fisiologi nyeri
1) Reseptor nyeri
Menurut Clancy MC vicar (1992) menjelaskan tentang subjektifitas anatomis terhadap nyeri. Bagian tubuh tertentu pada individu yang berbeda lebih atau kurang sensitif terhadap nyeri. Selain itu individu memiliki kapasitas ptodoksi substansi penghasil nyeri yang berbeda – beda, Yang dikendalijkan oleh gen individu. Tidak semua jaringan terdiri dari reseptor yang mentrasmisikan tanda nyeri, Sedangkan reseptor yang lain sensitive terhadap temperatur dan tekanan.Menurut Perry, Potter (2005) ada tiga stimulus yang merangsang nyeri itu timbul.1) Mekanik yang diterima oleh reseptor nyeri mekanosensitif. Rasa nyeri yang terjadi akibat iritasi saraf perifer sehingga mengalami kerusakan akibat terjadi trauma akibat benturan atau terjadi gesekan. 2) Thermal adanya inflamasi atau hilangnya lapisan superfisial atau epidermis yang menyebabkan peningkatan asentifitas ujung – ujung saraf sehingga diterinma oleh reseptor nyeri termosensitif. 3) Kimia diterima oleh reserptor nyeri termosensitif sebagai akibat perangsangan zat – zat Prostaglandin , Asetilkolin, Dan enzim Proteolitik.
2) Mekanisme Penghantaran Impuls Nyeri
Impuls saraf dihantarkan ke sistem saraf pusat melalui dua tipe serabut saraf perifer 1) Serabut A- Delta, Serabut A megirim sensasi yang tajam, terlokalisasi , Dan jelas yang melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut tersebut menghantarkan komponen suatu cidera akut dan segera (Jones, Cory, 1990).Serabut A- Delta mentransmisikan impuls dari serabut perifer sehingga melepaskan mediator biokimia yang mengaktifkan atau membuat kepekaan respon nyeri. Serabut A- Delta mengirim impuls sensori ke Medulla Spinalis, Tempat sinaps dengan neuron motorik. Impuls motorik menyebar melalui lengkung reflek bersama serabut saraf Aferen (motorik) kembali ke otot perifer dekat lokasi stimulasi (Perry Potter, 2005). 2) Serabut C, Serabut C menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk, Viseral dan terus – menerus (Puntilo, 1988). Serabut C menstransmisikan sensasi nyeri yang keras dan mempunyai reseptor berupa ujung – ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam seperti tendon,Otot dan alat – alat dalam, Tidak bermielin, Mempunyai badan sel kecil, Berdiameter kecil, Menghantarkan nyeri lambat. Serabut kecil ini secara dasar mempunyai efek fasilitas, Dapat mengatasi atau memodifikasi pengaruh serabut besar pada SG atau dapat secara langsung menstimulasi sel T.Rangsangan dihantar ke tanduk dorsal untuk relay dan reflek motornosiseptik.Sel relay menyilang garis tengah naik keatas melalui bagian lateral traktus spinotalamikus dan berakhir di nuklei reticular di medulla,otak dan thalamus. Sel relay dibagian atas memproyeksikan sinyal nyeri ini secara menyebar ke korteks sensori, lobus frontalis dan sistem limbik (Ratna , 1996 )
2.2.4 Klasifikasi Nyeri
2.2.4.1 Berdasarkan jenisnya
1. Nyeri akut
Keadaan dimana individu melaporkan adanya ketidaknyamanan berat atau sensasi tidak nyaman, Berakhir dari satu detik sampai kurang dari enam bulan. Dengan data objektif meliputi komunikasi (verbal atau kode)dari pemberi gambaran nyeri dan data subyektif seperti perilaku melindungi, Protektif, Memfokuskan pada diri sendiri, Penyempitan fokus, (menarik diri dari kontak sosial, Kerusakan proses berfikir),Perilaku distraksi (Merintih, Menangis, Mondar-mandir,Gelisah) wajah tampak menahan nyeri (mata tampak tidak bersemangat “tampak terpukul”,Gerakan terfiksasi atau menyebar, meringis), Perubahan pada tonus otot (dapat berkisar dari malas sampai kaku) (Carpenito, 2000).
2.Nyeri kronis
Keadaan dimana individu mengalami nyeri menetap atau berulang dalam waktu lebih dari 6 bulan. Dengan datar mayor (harus terdapat ) yaitu individu akan melaporkan bahwa nyeri masih ada selama lebih dari 6 bulan dan data minor mungkin terdapat seperti tidak nyaman, Marah, Frustasi (depresi karena situasi, ekspresi wajah karena nyeri, anoreksia, menurunya berat badan, insomnia, spasme otot, kemerahan, bengkak, panas, perubahan warna diarea yang terpengaruhi, refleks abnormal (Carpenito, 2000)
2.2.4.2 Berdasarkan Sumbernya
1) Nyeri kulit, adalah nyeri yang berasal dari struktur-strutur superficial kulit dan jaringan subkutis, misalnya nyeri ketika tertusuk jarum atau luka lecet.nyeri dirasakan menyengat, tajam, mengiris atau seperti terbakar.
2) Nyeri somatic, Adalah nyeri yang ditimbulkan karena kerusakan pada otot, tendon, ligamentum, tulang, sendi dan arteri, Misalnya karena arthritis, nyeri yang dirasakan nyeri pegal tumpul yang disertai seperti tertusuk.
3) Nyeri visera, Adalah nyeri yang dtimbulkan karena kerusakan pada organ yang berongga, nyeri ini terletak di dinding-dinding otot polos . Nyeri ini terjadi karena adanya peregangan atau distensi abnormal dinding atau kapsul organ, iskemia, dan peradangan. Nyeri dirasakan seperti kram, perih, dan intermiten yang disebut kolik.
4) Nyeri neuropati, adalah nyeri yang terjadi karena kerusakan atau disfungsi sistim saraf pusat yang disebabkan karena adanya lesi pada SSP, nyeri ini dirasakan seperti terbakar, perih, atau seperti tersengst listrik.
5) Nyeri Alih, adalah nyeri yang berasal dari salah satu daerah di tubuh tetapi dirasakan terletak di daerah lain. Nyeri ini di alihkan ke dermatom, nyeri ini dirasakan menyebar ke seluruh daerah sekitar yang di rasakan nyeri.
2.2.5 Respon fisiologi terhadap nyeri
Pada sebagian besar pasien sensasi nyeri ditimbulkan oleh suatu cidera atau rangsangan yang cukup kuat yang berpotensi menciderai (berbahaya).Antara stimulus cidera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri ada proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktifitas listrik di reseptor nyeri kemudian nyeri disalurkan ke impuls nyeri melewati saraf perifer sampai ke Medulla spinalis dan jaringan neuron-neuron pemancar yang naik dari medulla spinalis ke otak.melibatkan aktifitas saraf melalui jalur –jalur desendens dari otak, dan melibatkan factor –faktor kimawi yang menimbulkan atau meningkatkan aktifitas di reseptor nyeri aferen primer (Sylvia A Price, 2005).
2.2.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Reseptor nyeri.
Berbagai faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain lingkungan, umur, kelelahan, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, ansietas, pengalaman sebelumnya,gaya koping, dan tersedianya dukungan keluarga dan social (Perry, Potter, 2005)
2.2.7 Pengukuran Tingkat Nyeri
Untuk mengetahui tingkat nyeri yang diderita oleh seseorang dan untuk mengetahui apakah tindakan terhadap nyeri barhasil apa tidak. Menurut Smeltzer, S.C, B.G (2002) Dalam mengukur tingkat nyeri ada 3 yaitu :
1) Skala Nyeri Numeris
│ │ │ │ │ │ │ │ │ │ │
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Sedang Sangat Nyeri

2) Skala Nyeri Deskriptif

│ │ │ │ │ │
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri Berat Nyeri yang tak
tertahankann
3) Skala Analog Visual


Tidak Nyeri Nyeri yang tak tertahankan

4) skala nyeri menurut bourbanis









Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik
4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikanya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif terkadang pasien tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukan loksi nyeri, tidak dapat mendiskripsikanya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.




2.2.8 Penatalaksanaan Nyeri

2.2.8.1 Pendekatan Secara Farmakologis
Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri. Walaupun analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan efektif , perawat dan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya analgesik dalam penanganan nyeri karena informasi obat yang tidak benar , karena adanya kekhawatiran klien akan mengalami ketagihan obat, camas akan akan melakukan kesalahan dalam menggunakan analgesik. Perawat harus mengetahui obat-obatan yang tersedia untuk menghilangkan nyeri dan efek farmakologis obat tertentu. Ada tiga jenis analgesik 1) Non narkotik dan obat Antiinflamasi nonsteroid , 2) Analgesik Narkotik opiate, 3) Koanalgesik. Obat ini bekerja menghambat menghambat sintesis prostaglandin (McKenry dan Salerno, 1995).Kebanyakan obat analgesik bekerja pada reseptor saraf perifer untuk mengurangi transmisi dan stimulus nyeri.penggunaan obat yang lama dapat menyebabkan toksisitas pada tubuh.
2.2.8.2 Pendekatan Non Farmakologis
1) Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami. Dengan tehnik distraksi sel-sel resptor yang menerima stimuli nyeri periferal dihambat oleh stimuli dari serabut saraf yang lain. Karena pesan-pesan nyeri menjadi lebih lammbat daripada pesan-pesan diiversional maka pintu spinal cord yang mengontrol jumlah input keotak menutup dan pasien merasa nyerinya berkurang (Cuming, 1981).beberapa tehnik diatraksi antara lain : bernafas secara perlahan-lahan, mendengar lagu, dan membayangkan hal-hal yang indah sambil menutuup mata.
2) Stimulasi Kulit
Stimulasi kulit dapat dilakukan dangan cara pemberian kompres dingin, kompres panas dan stimulasi kontralateral. Dasar dari stimulasi kulit adalah teori pengendalian gerbang pada stimulasi nyeri dan merangsang tubuh mengeluarkan endorphin dan neurotransmitter lain yang menghambat nyeri. Kompres dingin dapat memperlambat impuls-impuls motorik menuju otot-otot pada area yang nyeri, pada terapi panas melebarkan pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan sirkulasii darah dan peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O2 dan CO2 di dalam darah akan meningkat sedangkan Ph darah akaan menurun , aktifitas sel menjadi menigkat dan pada otot-otot mengurangi ketegangan sehingga nyeri berkurang (F.J Gabriel, 1998).
3) Relaksasi
Relaksasi merupakan strategis yang efektif pada pasien yyang mengalami nyeri kronis. Ada tiga hal utama yang diperlukan untuk relaksasi yaitu posisi yang tepat, fikiran beristirahat, lingkungan yang tenang untukm mengurangi nyeri.
4) Plasebo
Plasebo merupakan suatu bentuk tindakan, misalnya pengobatan atau tindakan perawatan yang mempunyai efek pada pasien akibat sugesti daripada kandungan fisik atau kimianya. Suatu obat yang tidak berisi analgesik tetapi berisi gula, air atau saline.untuk memberikan placebo pada pasien perawat harus mempunyai izin dari dokter.

2.3 Konsep Dasar Nyeri Menstruasi (Dismenoroe)
2.3.1 Pengertian Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri yang disebabkan oleh kejang otot uterus (Sylvia A Price, 2005). Namun menurut Arif Mansjoer (2001), dismenorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid sampai membuat wanita tidak bisa melakukan aktifitas. Dismenorea adalah hiperkontraktilitas uterus yang disebabkan oleh prostalglandin (Hanifa Wiknjosastro, 1999).
2.3.2 Macam dan gejala Dismenorea
Dismenorea ada 2 macam yaitu : (1) Dismenorea primer tidak terdapat hubungan dengan kelainan genekologik. Terjadi beberapa waktu setelah menarche bisanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan – bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovolatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama – sama dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit – jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggaung dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, irritasi dan sebagainya (2) Dismenorea sekunder disebabkan oleh kelainan ginekolagif.

2.3.3 Etiologi
Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenorea primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenorea primer antara lain :
1) Faktor Kejiwaan
Pada gadis – gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenorea.
2) Faktor Obstruksi kanalis Servikalis
Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenorea primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetai hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenorea. Banyak wanita menderita dismenorea tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi. Sebaliknya terdapat banyak wanita tanpa keluhan dismenorea, walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau hiperretrafleksi mioma sub mukosam bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenorea kelainan tersebut (Hanifa Wiknjosastro, 1999).
3) Faktor Endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan faal tonus dan kontraktilitas otot usus. Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormone estrogen merangsang kontraktilitas uterus, sedang hormon progestron menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatori yang biasanya bersamaam dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron (Hanifa Wiknjosastro, 1999).


2.4 Konsep Kompres Hangat
2.4.1 Pengertian Kompres Hangat

Pengertian kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat setempat yang dapat meninbulkan efek fisiologis. Kompres hangat dapat digunakan pada pengobatan nyeri dan merelaksasikan otot – otot yang tegang (Gabriel F. J, 1998).menurut Sylvia A price (2005) kompres hangat adalah memberikan rasa hangat kepada pasien untuk mengurangi nyeri dengan menggunakan cairan yang berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal dengan tujuan memberikan kenyaamanan kapada pasien.
2.4.2 Pengaruh Kompres Hangat meliputi :
1. Melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredaran daerah di dalam jaringan tersebut.
2. Pada otot, Panas memiliki efek menurunkan ketegangan.
3. Meningkatkan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah serta peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O2 dan CO2 didalam darah akan meningkat sedangkan PH darah akan mengalami penurunan (Gabriel F.J, 1998).
2.4.3 Tujuan Kompres Hangat
1. Menurunkan intesitas nyeri .
2. Memberikan rasa hangat dan nyaman.
3. Peningkatan aktivitas sel.
4. Mengurangi peradangan dan spasmus otot
2.4.4 Metode Kompres Hangat
1. Siapkan peralatan.
2. Kemudian botol kaca kita isi dengan air panas suhu 430 C dan tutup botol tersebut dangan kencang
3. Selanjutnya keringkan bagian luar botol kaca sampai leher botol tersebut
4. Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman
5. Letakan alas seperti handuk dibawah area yang akan di kompres.
6. beritahukan pada klien perawat akan melakukan tindakan.
7. Setelah itu botol kaca dapat diletakan pada daerah perut bagian bawah.
8. Setelah botol air hangat dingin diganti dengan air hangat yang baru
9. Pemberian kompres hangat dapat dilakukan dalam waktu 20-30 menit (Burner,2005)
2.4.5 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
1. Suhu pada botol untuk orang dewasa 430 C – 460 C.
2. Gunakan secara hati-hati jika dilakukan pada pasien yang terjadi gangguan sirkulasi.
3. Botol kaca yang berisi air hangat tidak kita letakan secara langsung pada bagian tubuh yang telanjang harus dilapisi kain.
4. Pemakaian botol kaca yang berisi air hangat yang terlalu lama jangan lupa memeriksa kulitnya.

2.5 Keterkaitan antara kompres hangat dengan dismenoroe
Dismenoroe disebabkan oleh adanya hiperkontraktilitas dan kejang otot uterus untuk mengurangi nyeri dengan dilakukan tindakan farmakologis dan non farmakologis, seperti telah dijelaskan terapi farmakologis yaitu golongan analgesik non opioid obat anti inflamasi nonsteroid, analgesik opioid, antagonis agonis - antagonis opioid. Dari segi non farmakologis seperti distraksi, relaksasi, placebo,dan stimulasi kulit, stimulasi kulit dilakukan dengan cara kompres dingin dan kompres hangat. Dengan dilakukan kompres hangat diharapkan otot-otot uterus yang tegang menjadi relaksasi. Karena dengan kompres hangat pembuluh darah uterus akan mengalami vasodilatasi sehingga sirkulasi meningkat maka ketegangan otot-otot uterus akan berkurang, sehingga nyeri menstruasi akan mengalami perubahan (F.J Gabriele, 1996)
Kompres hangat adalah tindakan sederhana yang efektif untuk mengurangi kejang otot, kompres hangat juga merangsang serat saraf yang menutup gerbang sehingga transmisi impuls nyeri kemedulla spinalis dan otak dapat dihambat. Terapi kompres hangat juga memiliki efek vasodilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya peningkatan sirkulasi darah serta peningkatan tekanan kapiler, sehingga pada otot-otot yang tegang terjadi relaksasi sehingga nyeri akan berkurang (F.J Gabriele, 1998).

bab 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada usia produktif wanita setiap bulannya mendapat menstruasi secara teratur. Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan endometrium (Hanifa Wiknjosastro, 1999).
Siklus menstruasi bervasiasi berkisar 18 – 42 hari, sering menstruasi datang disertai dengan rasa nyeri pada daerah perut atau pinggang yang sering disebut Dismenore. Frekuensi dismenore cukup tinggi hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak diperut bawah sebelum dan selama haid dan seringkali disertai rasa mual muntah dan sakit kepala sehingga memaksa wanita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari – hari.
Dismenoroe adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh kejang otot uterus (Sylvia A price, 2005). Frekuensi dismenore cukup tinggihampir 90% wanita mengalami dismenore, 10 – 15% diantaranya mengalami dismenorea berat yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini menurunkan kualitas hidupnya. Dismenoroe mempunyai insiden tertinggi pada wanita yang mempunyai tingkat stress tinggi dibanding dengan wanita yang mempunyai tingkat stress rendah.
Berdasarkan survei studi pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap 10 mahasiswi program studi ilmu keperawatan fakultas kesehatan Universitas Kadiri pada bulan November sebanyak 7 (70%) mengatakan mengalami dismenoroe menunjukan tingginya angka dismenoroe pada mahasiswi keperawatan fakultas ilmu kesehatan universitas kadiri. Hal ini menunjukkan bahwa 30% mahasiswa keperawatan tidak mengalami dismenoroe. Pada mahasiswa yang mengalami dismenoroe 4 orang (57%) dibiarkan, 2 orang (28%) minum obat analgesik dan 1 orang (14%) minum jamu. Dismnenoroe sangat mengganggu konsentrasi belajar mahasiswa di saat proses belajar mengajar dan mahasiswa tetap mengikuti perkuliahan karena faktor kehadiran berpengaruh untuk bisa mengikuti ujian.Faktor penyebab timbulnya nyeri pada saat menstruasi belum diketahui dengan pasti. Terdapat beberapa teori yang dikemukakan antara lain, faktor psikis, faktor endokrin karena prostagladin yang rendah didalam darah sehingga merangsang hiperaktivitas uterus, faktor kanalis servikalis yang menimbulkan nyeri. Derajat nyeri seseorang bervariasi dari nyeri yang dirasakan ringan sampai berat yang bisa mengganggu aktifitas sehari – hari.
Kenyataanya untuk penatalaksanaan dismenore dengan menggunakan terapi farmakologis dan non farmakologis. Penggunaan farmakologis seperti: golongan Analgesik Non-opioid anti inflamasi nonsteroid, analgesik opioid, antagonis agonis-antagonis opioid. Penggunaan obat farmakologis menimbulkan efek samping dan tidak ada tindakan mandiri dari perawat. Obat farmakologis bekerja menghambat sintesis prostaglandin dan bekerja pada reseptor saraf perifer untuk mengurangi transmisi dan resepsi stimulus nyeri (Potter, Perry, 2005). Reaksi obat-obat farmakologis sekitar 4 jam kemudian nyeri akan timbul lagi, sedangkan efek dari penggunaan obat-obat yang permanen menyebabkan toksisitas dan kerusakan hati (Eaton, Klassen, 1996). Pada wanita yang mengkonsumsi jamu hanya bisa menghilangkan nyeri sementara dan efeknya menyebabkan mual dan muntah sedangkan dismenore biasanya diikuti mual dan muntah dan bisa memperberat kondisi dismenoroe, jika konsumsi jamu dilakukan secara terus menerus akan menimbulkan efek yang sama dengan penggunaan obat-obat farmakologis yaitu toksisitas. Selain terapi farmakologis terapi non- farmakologis seperti : distraksi, placebo, stimulasi kulit. Stimulasi kulit dibedakan terapi kompres dingin dan terapi kompres hangat.
Penggunaan kompres hangat diharapkan dapat meningkatkan relaksasi otot-otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta memberikan rasa hangat lokal (Potter, Perry, 2005). Kompres hangat tidak akan melukai kulit karena terapi kompres hangat tidak dapat masuk jauh ke dalam jaringan. Apabila kompres hangat digunakan selama 1 jam atau lebih bisa menyebabkan kemerahan dan rasa perih. Maka dari itu pemberian kompres hangat dilakukan secara periodik, dengan pemberian secara periodik dapat mengembalikan efek vasodilatiasi. Penggunaan kompres hangat pada perut bagian bawah saat nyeri menstruasi diharapkan dapat menurunkan intensitas nyeri. Dengan kompres hangat terjadi pelebaran pembuluh darah yang mengakibatakan peningkatan sirkulasi darah serta peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O2 dan CO2 didalam darah meningkat sedangkan Ph darah mengalami penurunan. Aktifitas sel menjadi meningkat dan pada otot-otot akan mengurangi ketegangan sehingga nyeri berkurang dan tidak mengganggu aktivitas sehari – hari (F.J. Gabriele, 1996).
Berdasarkan realita di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti Perbedaan Nyeri Menstruasi (Dismenoroe) Sebelum dan Sesudah Kompres Hangat Pada Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kadiri 2009.

1.2 Rumusan Masalah
Adakah perbedaan nyeri menstruasi (dismenoroe) sebelum dan sesudah diberi kompres hangat pada mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kadiri 2009 ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan nyeri menstruasi (dismenoroe) sebelum dan sesudah diberi kompres hangat pada mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kadiri Tahun 2009.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi nyeri menstruasi (dismenoroe) sebelum diberi kompres hangat pada mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kadiri Tahun 2009.
1.3.2.2 Mengidentifikasi penurunan nyeri menstruasi (dismenoroe) sesudah diberi kompres hangat pada mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kadiri Tahun 2009.
1.3.2.3 Menganalisis perbedaan nyeri menstruasi (dismenoroe) sebelum dan sesudah di beri kompres hangat pada mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kadiri Tahun 2009.

1.4 Manfaat
.1.4.1 Bagi Peneliti
Mengembangkan konsep atau teori keperawatan maternitas khususnya dalam asuhan keperawatan pada wanita atau remaja dengan dismenoroe.
1.4.2 Bagi Pembaca
Pembaca mampu mengatasi nyeri pada saat menstruasi (dismenoroe) tanpa mengkonsumsi obat – obat anti nyeri dan dengan mengurangi nyeri pada saat menstruasi.
1.4.3 Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dimanfaatkan oleh wanita untuk menambah pengetahuan dalam mengatasi nyeri pada saat menstruasi.
1.4.4 Bagi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi keperawatan dalam menurunkan nyeri menstruasi (dismenoroe).
vbhkj