Rabu, 03 Februari 2010

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Menstruasi
2.1.1 Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Sarwono, 1999).
Menstruasi adalah periode pengeluaran cairan darah dari uterus yang disebabkan oleh rontok atau lepasnya endometrium. Keluaran terdiri dari sel – sel pecahan endometrium dan stromal atau sel sel tua dan sekresi kelenjar, lamanya rata – rata sekitar 3 – 5 hari dan ada yang sampai 7 – 8 hari jumlah darah yang keluar rata – rata 33,2  16 cc (hamilton, 1995).
2.1.2 Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi adalah serangkaian periode dari perubahan yang terjadi berulang pada uterus dan organ – organ yang dihubungkan pada saat pubertas dan berakhir pada saat menopause, panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu sampai haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Siklus tersebut bervariasi dari 18 sampai 40 hari, rata-rata 28 hari (menstruasi “bulan”). Siklus menstruasi dibagi menjadi fase yang ditandai dengan perubahan pada endometrium, uterus.
1. Menstruasi
Periode pengeluaran cairan darah dari uterus yang disebabkan oleh rontoknya endometrium dan stromal, sel – sel darah tua serta sekresi kelenjar. Lamanya rata – rata sekitar 5 hari, pada awal menstruasi kadar estrogen, progestron dan LH menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH baru mulai meningkat pada ovarium, ovum baru mulai matur dalam vesikula atau ovisok yang disebut folikel graafian.
2. Fase Proliferatik
Lapisan dinding uterus tumbuh dan menebal delapan sampai sepuluh kali lipat, sampai seluruh dindingnya menebalsaat ovulasi pertumbuhan ini sebagai akibat dari peningkatan kadar estrogen yang dihasilkan oleh folikel grafian yang tumbuh pada ovarium. Fase ini berakhir sekitar 9 hari atau sampai hari ke-14 dari siklus 20 hari.
3. Fase sekresi atau fase luteal
Fase ini diawali oleh ovulasi sebagai respon terhadap tingginya kadar LH dari kelenjar pituitari. Dengan rupturnya ovum dari folikel grafian, terbentuk korpus luteum dan menghasilkan progestron dan estrogen yang banyak. Hormone ini menyebabkan kelenjar pada dinding uterus melebar dan menjadi berbelit – belit. Progestron dan estrogen menyebabkan sel-sel pada kelenjar ini mensekresi lendir kental yang mengandung glikogen. Ketiga lapisan uterus yang matur dipersiapkan untuk menerima dan memelihara ovum yang dibuahi. Implantasi tersebut pada umumnya terjadi 7 – 8 hari setelah ovulasi atau pada hari – 23 pada siklus 28 hari. Ovum yang dibuahi kini menjadi trofoblast, menghasilkan gonadotropin khorionik menusia, yang secara terus menerus menstruasi pembentukan progestron dan estrogen oleh korpus luteum. Hormone ini membantu mempertahankan ketebalan uterus.
4. Fase Premenstrual atau iskemia
Pada fase ini korpus luteum menurun, kadar progestron dan estrogen menurun, arteri pada endometrium berkontraksi dan dinding uterus menjadi menyusut dan mati karena iskemia. Proses ini membutuhkan waktu 3 – 5 hari. Dengan hancurnya bagian – bagian kecil dari dinding endometrium serta pemaparan terhadap pembuluh darah sehingga terjadilah menstruasi (hamilton, 1995).
2.1.3 Kelainan Menstruasi
Kelainan menstruasi yang dijumpai dapat berupa kalainan siklus atau kelainan dari jumlah darah menstruasi dukeluarkan dan lamanya perdarahan.
1. Amenoroe : tidak menstruasi selama 3 bulan atau lebih.
2. Psudoamenoroe (kryptomenoroe) : ada menstruasi tetapi darah tidak dapat keluar karena traktus genitalis tertutup.
3. Menstruasi Praecox : menstruasi timbul pada umur yang sangat muda.
4. Hypomenoroe : menstruasi teratur tetapi jumlah darah sedikit.
5. Oligomenoroe : menstruasi yang jarang, siklus panjang, terjadi kalau siklus lebih dari 35 hari.
6. Hypermenoroe (menerhagia) : menstruasi teratur tetapi jumlah darah banyak yang disertai dengan bekuan darah.
7. Polymenoroe : menstruasi teratur, tetapi kerap datangnya karena siklus pendek.
8. Menorhagia : perdarahan rahim diluar waktu menstruasi.
9. Dismenoroe : nyeri sewaktu menstruasi terasa diperut bagian bawah atau daerah bujur sangkar micha elis. Nyeri dapat terasa sebelum, selama dan sesudah menstruasi (Obstetri Fisiologi, 1999)

2.2 Konsep Nyeri
2.2.1 Pengertian Nyeri
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia nyeri adalah : rasa yang menyebabkan penderitaan. Nyeri menurut “The International Association For The Study Of Pain” adalah : suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau keadaan yang berhubungan dengan suatu kerusakan nyeri menurut keperawatan adalah apapun yang menyatakan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya (Brunner, Suddart, 2001).
2.2.2 Teori – teori Yang Berhubungan Dengan Nyeri
1. Teori Spesifisitas
Ide ini dikemukakan oleh Rane Descartes (1984) nyeri berjalan dari reseptor – reseptor nyeri spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu ke pusat nyeri di otak dan bahwa hubungan antara stimulus dan respons nyeri bersifat langsung dan invariabel. Pesan nyeri disampaikan oleh jenis serabut saraf yaitu serabut saraf A delta bermielin meneruskan nyeri mendadak dan tajam dan serabut saraf C tidak bermielin sehingga membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensori nyeri (Brunner, Suddart, 2001).
2. Teori Pola dan Penjumlahan
Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Gotdscheider (1999) menjelaskan penjumlahan input sensorik kulit di sel – sel tanduk daksal menimbulkan pola khusus impuls saraf yang memicu nyeri. Nyeri dihasilkan oleh stimulasi intens dari reseptor – reseptor nonspesifik dan penjumlahan impuls – impuls itulah yang dirasakan sebagai nyeri. Konsep penjumlahan sentral adalah bahwa dapat terbentuk sirkuit – sirkuit serar saraf dalam kelompok – kelompok interneuron spinal (suatu reverberoting circuit) setelah suatu cidera, sehingga nyeri dapat berlanjut tanpa stimulasi (Sylvia A Pric, 2005).
3. Teori Gate Kontrol
Menurut teori ini, Nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil. Keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat besar akan meningkatkan aktifitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktifitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang ke korteks seresbri. Hasil persepsi ini akan di kembalikan kedalam medulla spinalis melalui serat aferen dan reaksinya mempengaruhi aktifitas sel T. rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktifitas substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, Sehingga merangsang aktifitas sel T yng selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri (Musrifatul, Uliyah, 2006)


4. Tori transmisi dan Inhibisi
Stimulus pada Nociceptor memulai transmisi impuls - impuls saraf, sehinggs transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmiter yang spesifik. Inhibisi impuls nyerei menjadi efektif dan impuls – impuls pada serabut lamban dan endogen opiate sistem supresif (Barbara C Long, 1996).
2.2.3 Fisiologi nyeri
1) Reseptor nyeri
Menurut Clancy MC vicar (1992) menjelaskan tentang subjektifitas anatomis terhadap nyeri. Bagian tubuh tertentu pada individu yang berbeda lebih atau kurang sensitif terhadap nyeri. Selain itu individu memiliki kapasitas ptodoksi substansi penghasil nyeri yang berbeda – beda, Yang dikendalijkan oleh gen individu. Tidak semua jaringan terdiri dari reseptor yang mentrasmisikan tanda nyeri, Sedangkan reseptor yang lain sensitive terhadap temperatur dan tekanan.Menurut Perry, Potter (2005) ada tiga stimulus yang merangsang nyeri itu timbul.1) Mekanik yang diterima oleh reseptor nyeri mekanosensitif. Rasa nyeri yang terjadi akibat iritasi saraf perifer sehingga mengalami kerusakan akibat terjadi trauma akibat benturan atau terjadi gesekan. 2) Thermal adanya inflamasi atau hilangnya lapisan superfisial atau epidermis yang menyebabkan peningkatan asentifitas ujung – ujung saraf sehingga diterinma oleh reseptor nyeri termosensitif. 3) Kimia diterima oleh reserptor nyeri termosensitif sebagai akibat perangsangan zat – zat Prostaglandin , Asetilkolin, Dan enzim Proteolitik.
2) Mekanisme Penghantaran Impuls Nyeri
Impuls saraf dihantarkan ke sistem saraf pusat melalui dua tipe serabut saraf perifer 1) Serabut A- Delta, Serabut A megirim sensasi yang tajam, terlokalisasi , Dan jelas yang melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut tersebut menghantarkan komponen suatu cidera akut dan segera (Jones, Cory, 1990).Serabut A- Delta mentransmisikan impuls dari serabut perifer sehingga melepaskan mediator biokimia yang mengaktifkan atau membuat kepekaan respon nyeri. Serabut A- Delta mengirim impuls sensori ke Medulla Spinalis, Tempat sinaps dengan neuron motorik. Impuls motorik menyebar melalui lengkung reflek bersama serabut saraf Aferen (motorik) kembali ke otot perifer dekat lokasi stimulasi (Perry Potter, 2005). 2) Serabut C, Serabut C menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk, Viseral dan terus – menerus (Puntilo, 1988). Serabut C menstransmisikan sensasi nyeri yang keras dan mempunyai reseptor berupa ujung – ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam seperti tendon,Otot dan alat – alat dalam, Tidak bermielin, Mempunyai badan sel kecil, Berdiameter kecil, Menghantarkan nyeri lambat. Serabut kecil ini secara dasar mempunyai efek fasilitas, Dapat mengatasi atau memodifikasi pengaruh serabut besar pada SG atau dapat secara langsung menstimulasi sel T.Rangsangan dihantar ke tanduk dorsal untuk relay dan reflek motornosiseptik.Sel relay menyilang garis tengah naik keatas melalui bagian lateral traktus spinotalamikus dan berakhir di nuklei reticular di medulla,otak dan thalamus. Sel relay dibagian atas memproyeksikan sinyal nyeri ini secara menyebar ke korteks sensori, lobus frontalis dan sistem limbik (Ratna , 1996 )
2.2.4 Klasifikasi Nyeri
2.2.4.1 Berdasarkan jenisnya
1. Nyeri akut
Keadaan dimana individu melaporkan adanya ketidaknyamanan berat atau sensasi tidak nyaman, Berakhir dari satu detik sampai kurang dari enam bulan. Dengan data objektif meliputi komunikasi (verbal atau kode)dari pemberi gambaran nyeri dan data subyektif seperti perilaku melindungi, Protektif, Memfokuskan pada diri sendiri, Penyempitan fokus, (menarik diri dari kontak sosial, Kerusakan proses berfikir),Perilaku distraksi (Merintih, Menangis, Mondar-mandir,Gelisah) wajah tampak menahan nyeri (mata tampak tidak bersemangat “tampak terpukul”,Gerakan terfiksasi atau menyebar, meringis), Perubahan pada tonus otot (dapat berkisar dari malas sampai kaku) (Carpenito, 2000).
2.Nyeri kronis
Keadaan dimana individu mengalami nyeri menetap atau berulang dalam waktu lebih dari 6 bulan. Dengan datar mayor (harus terdapat ) yaitu individu akan melaporkan bahwa nyeri masih ada selama lebih dari 6 bulan dan data minor mungkin terdapat seperti tidak nyaman, Marah, Frustasi (depresi karena situasi, ekspresi wajah karena nyeri, anoreksia, menurunya berat badan, insomnia, spasme otot, kemerahan, bengkak, panas, perubahan warna diarea yang terpengaruhi, refleks abnormal (Carpenito, 2000)
2.2.4.2 Berdasarkan Sumbernya
1) Nyeri kulit, adalah nyeri yang berasal dari struktur-strutur superficial kulit dan jaringan subkutis, misalnya nyeri ketika tertusuk jarum atau luka lecet.nyeri dirasakan menyengat, tajam, mengiris atau seperti terbakar.
2) Nyeri somatic, Adalah nyeri yang ditimbulkan karena kerusakan pada otot, tendon, ligamentum, tulang, sendi dan arteri, Misalnya karena arthritis, nyeri yang dirasakan nyeri pegal tumpul yang disertai seperti tertusuk.
3) Nyeri visera, Adalah nyeri yang dtimbulkan karena kerusakan pada organ yang berongga, nyeri ini terletak di dinding-dinding otot polos . Nyeri ini terjadi karena adanya peregangan atau distensi abnormal dinding atau kapsul organ, iskemia, dan peradangan. Nyeri dirasakan seperti kram, perih, dan intermiten yang disebut kolik.
4) Nyeri neuropati, adalah nyeri yang terjadi karena kerusakan atau disfungsi sistim saraf pusat yang disebabkan karena adanya lesi pada SSP, nyeri ini dirasakan seperti terbakar, perih, atau seperti tersengst listrik.
5) Nyeri Alih, adalah nyeri yang berasal dari salah satu daerah di tubuh tetapi dirasakan terletak di daerah lain. Nyeri ini di alihkan ke dermatom, nyeri ini dirasakan menyebar ke seluruh daerah sekitar yang di rasakan nyeri.
2.2.5 Respon fisiologi terhadap nyeri
Pada sebagian besar pasien sensasi nyeri ditimbulkan oleh suatu cidera atau rangsangan yang cukup kuat yang berpotensi menciderai (berbahaya).Antara stimulus cidera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri ada proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktifitas listrik di reseptor nyeri kemudian nyeri disalurkan ke impuls nyeri melewati saraf perifer sampai ke Medulla spinalis dan jaringan neuron-neuron pemancar yang naik dari medulla spinalis ke otak.melibatkan aktifitas saraf melalui jalur –jalur desendens dari otak, dan melibatkan factor –faktor kimawi yang menimbulkan atau meningkatkan aktifitas di reseptor nyeri aferen primer (Sylvia A Price, 2005).
2.2.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Reseptor nyeri.
Berbagai faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain lingkungan, umur, kelelahan, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, ansietas, pengalaman sebelumnya,gaya koping, dan tersedianya dukungan keluarga dan social (Perry, Potter, 2005)
2.2.7 Pengukuran Tingkat Nyeri
Untuk mengetahui tingkat nyeri yang diderita oleh seseorang dan untuk mengetahui apakah tindakan terhadap nyeri barhasil apa tidak. Menurut Smeltzer, S.C, B.G (2002) Dalam mengukur tingkat nyeri ada 3 yaitu :
1) Skala Nyeri Numeris
│ │ │ │ │ │ │ │ │ │ │
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Sedang Sangat Nyeri

2) Skala Nyeri Deskriptif

│ │ │ │ │ │
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri Berat Nyeri yang tak
tertahankann
3) Skala Analog Visual


Tidak Nyeri Nyeri yang tak tertahankan

4) skala nyeri menurut bourbanis









Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik
4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikanya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif terkadang pasien tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukan loksi nyeri, tidak dapat mendiskripsikanya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.




2.2.8 Penatalaksanaan Nyeri

2.2.8.1 Pendekatan Secara Farmakologis
Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri. Walaupun analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan efektif , perawat dan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya analgesik dalam penanganan nyeri karena informasi obat yang tidak benar , karena adanya kekhawatiran klien akan mengalami ketagihan obat, camas akan akan melakukan kesalahan dalam menggunakan analgesik. Perawat harus mengetahui obat-obatan yang tersedia untuk menghilangkan nyeri dan efek farmakologis obat tertentu. Ada tiga jenis analgesik 1) Non narkotik dan obat Antiinflamasi nonsteroid , 2) Analgesik Narkotik opiate, 3) Koanalgesik. Obat ini bekerja menghambat menghambat sintesis prostaglandin (McKenry dan Salerno, 1995).Kebanyakan obat analgesik bekerja pada reseptor saraf perifer untuk mengurangi transmisi dan stimulus nyeri.penggunaan obat yang lama dapat menyebabkan toksisitas pada tubuh.
2.2.8.2 Pendekatan Non Farmakologis
1) Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami. Dengan tehnik distraksi sel-sel resptor yang menerima stimuli nyeri periferal dihambat oleh stimuli dari serabut saraf yang lain. Karena pesan-pesan nyeri menjadi lebih lammbat daripada pesan-pesan diiversional maka pintu spinal cord yang mengontrol jumlah input keotak menutup dan pasien merasa nyerinya berkurang (Cuming, 1981).beberapa tehnik diatraksi antara lain : bernafas secara perlahan-lahan, mendengar lagu, dan membayangkan hal-hal yang indah sambil menutuup mata.
2) Stimulasi Kulit
Stimulasi kulit dapat dilakukan dangan cara pemberian kompres dingin, kompres panas dan stimulasi kontralateral. Dasar dari stimulasi kulit adalah teori pengendalian gerbang pada stimulasi nyeri dan merangsang tubuh mengeluarkan endorphin dan neurotransmitter lain yang menghambat nyeri. Kompres dingin dapat memperlambat impuls-impuls motorik menuju otot-otot pada area yang nyeri, pada terapi panas melebarkan pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan sirkulasii darah dan peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O2 dan CO2 di dalam darah akan meningkat sedangkan Ph darah akaan menurun , aktifitas sel menjadi menigkat dan pada otot-otot mengurangi ketegangan sehingga nyeri berkurang (F.J Gabriel, 1998).
3) Relaksasi
Relaksasi merupakan strategis yang efektif pada pasien yyang mengalami nyeri kronis. Ada tiga hal utama yang diperlukan untuk relaksasi yaitu posisi yang tepat, fikiran beristirahat, lingkungan yang tenang untukm mengurangi nyeri.
4) Plasebo
Plasebo merupakan suatu bentuk tindakan, misalnya pengobatan atau tindakan perawatan yang mempunyai efek pada pasien akibat sugesti daripada kandungan fisik atau kimianya. Suatu obat yang tidak berisi analgesik tetapi berisi gula, air atau saline.untuk memberikan placebo pada pasien perawat harus mempunyai izin dari dokter.

2.3 Konsep Dasar Nyeri Menstruasi (Dismenoroe)
2.3.1 Pengertian Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri yang disebabkan oleh kejang otot uterus (Sylvia A Price, 2005). Namun menurut Arif Mansjoer (2001), dismenorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid sampai membuat wanita tidak bisa melakukan aktifitas. Dismenorea adalah hiperkontraktilitas uterus yang disebabkan oleh prostalglandin (Hanifa Wiknjosastro, 1999).
2.3.2 Macam dan gejala Dismenorea
Dismenorea ada 2 macam yaitu : (1) Dismenorea primer tidak terdapat hubungan dengan kelainan genekologik. Terjadi beberapa waktu setelah menarche bisanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan – bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovolatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama – sama dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit – jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggaung dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, irritasi dan sebagainya (2) Dismenorea sekunder disebabkan oleh kelainan ginekolagif.

2.3.3 Etiologi
Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenorea primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenorea primer antara lain :
1) Faktor Kejiwaan
Pada gadis – gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenorea.
2) Faktor Obstruksi kanalis Servikalis
Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenorea primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetai hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenorea. Banyak wanita menderita dismenorea tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi. Sebaliknya terdapat banyak wanita tanpa keluhan dismenorea, walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau hiperretrafleksi mioma sub mukosam bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenorea kelainan tersebut (Hanifa Wiknjosastro, 1999).
3) Faktor Endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan faal tonus dan kontraktilitas otot usus. Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormone estrogen merangsang kontraktilitas uterus, sedang hormon progestron menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatori yang biasanya bersamaam dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron (Hanifa Wiknjosastro, 1999).


2.4 Konsep Kompres Hangat
2.4.1 Pengertian Kompres Hangat

Pengertian kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat setempat yang dapat meninbulkan efek fisiologis. Kompres hangat dapat digunakan pada pengobatan nyeri dan merelaksasikan otot – otot yang tegang (Gabriel F. J, 1998).menurut Sylvia A price (2005) kompres hangat adalah memberikan rasa hangat kepada pasien untuk mengurangi nyeri dengan menggunakan cairan yang berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal dengan tujuan memberikan kenyaamanan kapada pasien.
2.4.2 Pengaruh Kompres Hangat meliputi :
1. Melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredaran daerah di dalam jaringan tersebut.
2. Pada otot, Panas memiliki efek menurunkan ketegangan.
3. Meningkatkan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah serta peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O2 dan CO2 didalam darah akan meningkat sedangkan PH darah akan mengalami penurunan (Gabriel F.J, 1998).
2.4.3 Tujuan Kompres Hangat
1. Menurunkan intesitas nyeri .
2. Memberikan rasa hangat dan nyaman.
3. Peningkatan aktivitas sel.
4. Mengurangi peradangan dan spasmus otot
2.4.4 Metode Kompres Hangat
1. Siapkan peralatan.
2. Kemudian botol kaca kita isi dengan air panas suhu 430 C dan tutup botol tersebut dangan kencang
3. Selanjutnya keringkan bagian luar botol kaca sampai leher botol tersebut
4. Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman
5. Letakan alas seperti handuk dibawah area yang akan di kompres.
6. beritahukan pada klien perawat akan melakukan tindakan.
7. Setelah itu botol kaca dapat diletakan pada daerah perut bagian bawah.
8. Setelah botol air hangat dingin diganti dengan air hangat yang baru
9. Pemberian kompres hangat dapat dilakukan dalam waktu 20-30 menit (Burner,2005)
2.4.5 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
1. Suhu pada botol untuk orang dewasa 430 C – 460 C.
2. Gunakan secara hati-hati jika dilakukan pada pasien yang terjadi gangguan sirkulasi.
3. Botol kaca yang berisi air hangat tidak kita letakan secara langsung pada bagian tubuh yang telanjang harus dilapisi kain.
4. Pemakaian botol kaca yang berisi air hangat yang terlalu lama jangan lupa memeriksa kulitnya.

2.5 Keterkaitan antara kompres hangat dengan dismenoroe
Dismenoroe disebabkan oleh adanya hiperkontraktilitas dan kejang otot uterus untuk mengurangi nyeri dengan dilakukan tindakan farmakologis dan non farmakologis, seperti telah dijelaskan terapi farmakologis yaitu golongan analgesik non opioid obat anti inflamasi nonsteroid, analgesik opioid, antagonis agonis - antagonis opioid. Dari segi non farmakologis seperti distraksi, relaksasi, placebo,dan stimulasi kulit, stimulasi kulit dilakukan dengan cara kompres dingin dan kompres hangat. Dengan dilakukan kompres hangat diharapkan otot-otot uterus yang tegang menjadi relaksasi. Karena dengan kompres hangat pembuluh darah uterus akan mengalami vasodilatasi sehingga sirkulasi meningkat maka ketegangan otot-otot uterus akan berkurang, sehingga nyeri menstruasi akan mengalami perubahan (F.J Gabriele, 1996)
Kompres hangat adalah tindakan sederhana yang efektif untuk mengurangi kejang otot, kompres hangat juga merangsang serat saraf yang menutup gerbang sehingga transmisi impuls nyeri kemedulla spinalis dan otak dapat dihambat. Terapi kompres hangat juga memiliki efek vasodilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya peningkatan sirkulasi darah serta peningkatan tekanan kapiler, sehingga pada otot-otot yang tegang terjadi relaksasi sehingga nyeri akan berkurang (F.J Gabriele, 1998).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar